Kamis, 01 Desember 2016

Ekosistem Resapan Air Hutan Lindung Gunung Pawitra

KEMAH KONSERVASI & BUDAYA
MENGHASILKAN DEMPLOT EKOSISTEM RESAPAN AIR

Ada banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik dari kegiatan aksi tanam di Demplot Ekosistem Resapan Air pada Kemah Konservasi & Budaya bulan November 2016 yang lalu.
Secara khusus hamper seluruh peserta masih belum faham betul soal fungsi dan manfaat dari demplot yang digagas PAS Lestari. Secara khusus pula, para peserta belum faham mengenai latar belakang, maksud dan tujuan pembuatan demplot ekosistem resapan air.
Tentunya membutuhkan proses dan waktu untuk meyakinkan para pihak akan kepentingan demplot ekosistem resapan tersebut.
Ada hal lain yang ingin kami sampaikan terkait dengan pelajaran berharga yang telah didapat pada saat aksi tanam. Peserta datang dari 4 kecamatan dan dari sekolah yang berbeda. Mayoritas lembaga pendidikan yang mengikuti berasal dari Madrasah Aliyah (MA). Artinya lebih banyak yang berbasis Islam. Namun kenyataanya, mereka begitu akrab dan saling mendukung antara satu dengan yang lain. Antara peserta dan panitia juga terjalin keakraban yang luar biasa.
Sekilas kami menyampaikan apresiasi yang luar biasa atas keberhasilan para ulama mendeklarasikan Islam Nusantara. Yang mana, Islam Nusantara mengajak umatnya untuk welas dan asih, mengedepankan keberagaman dalam kebersamaan, pengertian dan lain-lain. Kenyataannya sekolah-sekolah yang berbasis Islam juga begitu mengerti dengan alam dan mengedepankan kebersamaan.
Kembali ke topic semula, bahwa dengan kebersamaan yang telah terbangun ini, PAS Lestari berkomitmen untuk menjahit antar sekolah di 4 kecamatan (Trawas, Ngoro, Pungging dan Mojosari) Kabupaten Mojokerto untuk menjadi generasi muda yang cinta alam dan siap menjadi lascar konservasi hutan lindung. Komitmen ini dilandasi atas dinamika keakraban, kebersamaan dan semangat kerja yang tinggi saat proses aksi tanam. Medan menanjak, tebing yang curam dilewati oleh seluruh peserta dengan mudah saja. Masing-masing peserta aksi membawa sendiri bibit tanaman mulai dari bumi perkemahan sampai lokasi demplot. Tentu memerlukan perjuangan yang keras untuk melakukannya. Belum lagi beban bekal dan air minum yang mereka bawa. Benar-benar semangat pagi sampai semangat siang. Dingin, nyamuk dan ketinggian menemani seluruh peserta menuju lokasi.

Semoga pelajaran menarik ini tidak putus sampai disini saja, akan tetapi terus menerus dilakukan, turun temurun dilakukan. Kita berharap semangat kerja menjadi budaya generasi modern saat ini. Tekun, kompak dan berani juga menjadi budaya generasi modern saat ini. Kita mengajak perserta untuk riang gembira dalam melakukan aksi tanam. Dan bersyukur, metode kami membuat aksi tanam dengan riang gembira dapat terwujud. Tanpa terasa 200 lebih bibit tanaman hutan ditanam dengan tanpa terasa dengan tanpa keluh kesah. 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar